Apa yang hendak saya jelaskan di sini adalah, penyambungan esai dari sahabat saya "Weslly Johannes" tentang "Lebih dari Sekedar Cinta". Di dalam esainya itu, Weslly menuturkan dengan lugas pengalaman batin saya ketika berhadapan langsung dengan konflik yang kembali terjadi di Ambon. Dengan kata lain, ia menulis kisah saya yang mampu berhadapan dan membunuh habis konflik di dalam diri saya sendiri demi mencapai sebuah tujuan perdamaian.
Namun demikian terlepas dari apa yang disajikan Weslly dalam esainya itu, saya harus menyajikan pengalaman sendiri. Agar barangkali bisa menjadi pelengkap dari menu pembuka yang telah disajikan oleh Weslly.
Yang ingin saya sajikan di dalam esai ini adalah sebuah fenomena "baku sayang" (saling menyayangi) antara pemuda Kristen dan Muslim sewaktu konflik kembali terjadi di Ambon. Lebih tepatnya dari pemuda Muslim kepada pemuda Kristen. Fenomena saling menyayangi itu terukir manis dalam rangkaian "Short Messages Service" (SMS). Untuk itu, saya akan menyajikannya, dan berupaya menemukan nilai humanis “hidup orang basudara” di Ambon.
Almascatie, seorang pemuda Muslim berhati lembut tak berpura-pura adalah teman saya. Dan Saya tidak begitu tahu tentang Almas. Namun saya dapat merasakan jiwanya yang tulus tak terbatas ketika untuk pertama kali menghubunginya lewat SMS, di saat konflik kembali menonjolkan dada di bumi penuh rempah-rempah.
Pada waktu terjadi konflik di dalam kota Ambon (11 September 2011), saya sementara berada di rumah Weslly di Amahusu. Ketika saya dan Weslly mendengar bahwa di dalam kota sedang terjadi konflik, saya lalu menghubungi Almascatie. Selain menghubungi keluarga saya di Halong-Mardika, untuk memastikan keberadaan mereka. Saya menghubungi Almascatie lewat SMS. Mencari tahu keadaannya dan keadaan di kota saat itu. Sebab, setahu saya, Almascatie bertempat tinggal tak jauh dari titik awal sumber konflik. Dari situlah kita berdua sering mencari tahu keadaan, dan selalu saling mengigatkan untuk menjaga diri baik-baik.
Benar bahwa saya lupa dengan apa yang dikatakan Almascatie secara jelas bagi saya dalam SMS. Kalau ditanya; bagaimana sehingga saya dapat melupahkannya? Apakah SMS itu telah terhapus? Atau lebih tepat di mana SMS itu? Maka saya akan menjawab; Saya adalah seorang yang tidak memiliki kemampuan daya ingat yang baik, dan saya saat itu menerima banyak sekali SMS, secara khusus dari Almascatie. Akhirnya saya harus memilih untuk menghapuskan SMS yang masuk saat itu juga. Pilihan saya itu disebabkan karena, Handphone (HP) yang saya gunakan adalah HP murahan, yang tak memiliki banyak aplikasi. Serta tak bisa pula menyimpan terlalu banyak SMS. Jadi, ketika inbox-nya penuh, saya harus menghapus SMS. Karena jika tidak, maka tentunya tidak bisa menerima SMS yang lain. Selepas itu saya sangat yakin khalayak niscaya mengetahui bagaiman sebuah HP murahan beroperasi.
Dari hal itu, saya harus mengembalikan sedikit memori, meskipun sulit. Upaya saya mengembalikan memori adalah untuk bisa dengan baik menyajikan rangkaian inti dari pembicaraan saya dan Almas di SMS, yang mengandung nilai cinta. Kami berdua saling mengingatkan untuk harus menjaga diri dengan baik. Lalu yang manis serta tajam makna cinta dari SMS itu adalah, SMS Almas pada saya. Almas mengatakan kepada saya bahwa, "jagalah juga ayah serta ibumu, selain menjaga dirimu sendiri. Ia berkata juga bahwa, saya mencintai keluargamu. Ambon tidak tahu sudah seperti apa, sepertinya kita akan diperalat. Tetapi saya tidak mau hal ini harus terjadi, sebaiknya nanti kita mencari jalan untuk bertemu dan membicarakan semuanya untuk memperoleh solusi bagi masalah besar yang sementara melandahi Ambon. Tolong kendalikan orang-orang yang ada disekelilingimu. Tetaplah untuk selalu berdoa, saya akan mendoakan kamu Rino, hati-hati". Seperti itu kira-kira pesan Almas dalam SMS. Saya pun membalas SMS Almas dengan nada yang lebih kurang sama. Saya mengatakan pada Almas, saya sayang pada dirinya juga. Dan menegaskan kepadanya bahwa kami sementara diperalat, kami sementara dibodohi. Kemudian saya menagatakan kepada Almas untuk berhati-hati. Alamas kembali memberih pernyataan kepada saya bahwa ia juga benar-benar telah merasakan dan sepertinya melihat dengan samar akan diri kita yang sementara dibodohi dan sementara diperalat demi kepentingan suatu kelompok siluman. Sejauh itu, saya bersepakat untuk nantinya harus bertemu dengan Almas.
Kelihatannya kami berdua seperti para pejabat di Ambon yang sementara berbincang lewat SMS untuk harus menemukan jalan keluar bagi Ambon. Seolah-olah, kami berdua telah mengkalim diri kami sebagai orang-orang yang superkuat dalam hal mereduksi konflik di Ambon. Hehe!! Tetapi bukan seperti itu. Kami berdua hanyalah masyarakat biasa, yang tak biasa menerima kenyataan yang sementara terjadi di Ambon saat itu.
Akhirnya saya dan Almas selalu berbalasan SMS hingga memutuskan untuk harus malam itu juga bertemu dengan beberapa orang teman-teman pada sebuah lokasi di kota Ambon. Selanjutnya, membicarakan masalah konflik, lagi mencari cara stategis untuk menghancurkan tembok konflik tersebut. Namun sayangnya kami tidak bisa bertemu di malam itu. Situasi di dalam kota Ambon benar-benar sulit dikendalikan. Akhirnya, saya dan teman-teman, termasuk Almas memutuskan untuk berdiskusi lewat media online twitter, facebook, maupun SMS. Selepas itu, kami mesti menunggu hingga keesokan hari.
Pada keesokan hari sekitar pukul 22:30 WIT, saya bersama teman-teman Kristen bertemu dengan teman-teman Muslim di Jl. A.Y. Patty. Kami memilih duduk bersahaja di sebuah warung makan yang ada di sudut jalan. Ketika bertemu, kami saling berpelukan antara satu dengan yang lainnya. Saya pun dan Almas saling berpelukan. Sambil memesan makanan, kami mulai membicarakan strategi provokasi perdamaian.
Sudalah, bobot saya tidak tertuju pada pertemuan itu. Bukan berarti pertemuan pada malam itu tidak penting. Pertemuan saat itu bagi saya berbau humanis, berpenampilan segar selayaknya kehidupan orang bersaudara di Ambon. Tetapi lagi-lagi di esai ini saya hanya ingin mencari dan menampilkan nilai dari SMS si Muslim Almas, bagi saya.
"Jagalah kedua orangtuamu (ayah dan ibu)". Siapa itu ayah dan ibu saya bagi Almas? Untuk melihat batang hidungnya saja sulit, apalagi mengenal. Almas sama sekali tidak mengenal kedua orangtua saya. Namun, ia memiliki hati yang santun terhadap kedua orangtua saya. Bahkan lebih daripada itu, ia mencintai saya dan keluarga. Melebihinya ia mengatakan kepada saya untuk tetaplah berdoa dan ia juga mendoakan saya. Hal ini bagi saya bukan sekedar ucapan kosong belaka. Ucapannya itu memiliki nilai yang begitu manusiawi. Almas dengan berani memberi kekuatan kepada saya dan keluarga.
Dari situ saya berpikir dengan hati bahwa, Almas telah memilih untuk meniadakan pikiran buruk bagi sang Kristen. Ia begitu prihatin dengan keadaan yang sementara melandahi saya dan keluarga. Almas juga tahu tempat tinggal saya. Dan Almas dengan bebas bergerak melawan emosinya untuk peduli dengan kesakitan saya dan keluarga. Ia benar-benar seorang manusia yang berjiwa jenius.
Alams sepertinya ingin mengajak saya dan ia ingin mengatakan kapada saya bahwa, kami mesti melawan, menekan, membekukan, bahkan menyiksa secara bersama konflik yang datang kali ini. Melebihinya, mengakui perdamaian dengan cara membangun Ambon sebagai jalan utuh menuju kebenaran dan kepastian adalah keharusan yang mesti dilakoni oleh setiap Agama. Kerena, masalah perdamaian masih punya dimensi yang lebih mendasar, yakni, ada bersama-sama dalam perbedaan untuk memulai melakukan sesuatu yang mutlak benar menurut sudut pandang masing-masing kepercayaan, ketimbang konflik.
Terima kasih Almascatie, untuk Short Messages Service-nya!
malam yang sama, beta berbalasan sms dengan almas dan ada satu smsnya berbunyi : "Ino blang mardika su tabakar :(( by beta pengen nangis :(" Dan entah apakah saat itu al sdh menangis, yang jelas, saat itu, di bumi Seram, beta menangis.
BalasHapusLalu ada sms Ino ke Al yang diforward ke beta, beta masih simpan. isinya : "Ktg nti cari jalan vor bakudapa abg almas e:: Iyo, abang berdoa jua. Ktg sama2 berdoa jua biar Tuhan yg ator. Tuhan jaga abang dgn basudara samua disitu. Hormat basar voor abang Almas dr BetaNasarani yg cinta Muslim, yg cinta Ambon, yg cinta Maluku"
dialog yg indah, dan bersyukur beta bisa nikmati akang. Hormat voor Ino. Beta angka banya jempol par ale. Dan beta serap banyak semangat dari Ino deng basudara laeng..