Setiap revolusi bermula dari pendapat pribadi, dan manakala revolusi itu kembali menjadi opini pribadi, ia akan menyelesaikan persoalan zamannya. Fakta yang dipaparkan orang harus selaras dengan sesuatu dalam diri saya, agar bisa terpahami [R Waldo Emeerson].
Pikiran di atas ini merupakan anak kunci bagi saya melangkah dalam memproyeksikan raca cinta saya bagi alam sekaligus rasa penyesalan yang tak terbantahkan dari dalam diri saya bagi para eksploitasi yang ada dilingkungan tempat tinggal saya (Halong-Mardika). Dengan kaku jari saya mulai melantunkan ritme esai ini, esai yang selama ini menjadi kegelisahan pikiran dan jiwa saya , dan juga kegelisahan beberapa anggota masyarakat Halong-Mardika (asli). Dari sini, barangkali saya, termasuk beberapa anggota masyarakat di Halong-Mardika hanya baru sampai pada titik kegelisahan, namun setidaknya ini adalah hal yang baik bagi kami untuk memulai memperbaikinya.
Lantas apa yang merupakan kegelisahan kami? Dan apa pula yang akan kami lakukan untuk memulai memperbaiki? Singkat kata, memperbaiki apa?
Bagi saya, sebelum malangkah jauh ke tujuan esai ini, akan lebih baik jika saya menjawab lebih dulu dua pertanyaan di atas. Kegelisahan dan memperbaiki. Ada apa sehingga saya dengan tegasnya bersama beberapa anggota masyarakat di Halong-Mardika gelisah. Kami gelisa dengan alam kami yang telah dieksploitasi habis-habisan oleh para pendatang yang berjubah pedangan. Kami gelisa melihat mereka dengan seenaknya merusak lingkungan kami. Namun demikian, kami tak punya banyak kemampuan untuk menegur bahkan bertindak radikal terhadap mereka. Sebab, barangkali ini dosa bagi kami, barangkali kami bersalah karena selama ini terbungkam dalam kebudayaan bisu. Barangkai juga di antara kami ada yang telah mengalami kemerosotan ekonomin sehingga tanpa berpikir jernih telah menggontrakkan, bahkan menjual habis tanah-tanah kami bagi mereka.
Tetapi masih ada sisa di antara kami (Masyarakat Halong-Mardika asli) yang sudah menjadi minoritas di tanah kami, yang mau untuk memperbaikinya. Memperbaiki alam kami, lingkungan tempat tinggal kami.
Tiada yang dapat menjabarkan manusia selain segenap sejarahnya. Untuk itu, tanpa tergesa, tanpa berhenti, jiwa saya maju terus dari awal untuk menyerap tiap kemampuan, tiap pikiran, tiap emosi yang menjadi fitrah masyarakat Halong-Mardika asli untuk bersama menyaksikan peristiwa-peristiwa hari ini, fakta-fakta dalam sejarah Halong-Mardika sebagai bentuk kaidah-kaidah yang pada prinsipnya mesti terawat baik. Sebab bagi saya, pikiran dan perasaan masyarakat Halong-Mardika asli paling tidak menuliskan sejarah, dan mereka mesti membacanya pula. Dari situlah, maka upaya untuk memecahkan teka-teki yang terkesan sulit menjadi tanggungjawab barsama. Teta-teki tentang alam.
Berbicara mengenai Halong-Mardika saat ini, itu berarti tidak hanya mesti melihat kehidupan orang Halong-Mardika yang asli, yang masih menetap di Halong-Mardika saja. Namun demikian, mesti juga melihat kehidupan para pendatang yang berjubah pedagang. Para pendatang yang mungkin-mungkin saja akan hidup sepanjang masa di Halong-Mardika, yang sekaligus mencari sesuap nasi di situ.
Dari hal ini, maka upaya untuk mempersalahkan orang Halong-Mardika asil tidak mesti menjadi perdebatan serius dalam esai ini, dan upaya untuk mempersalahkan para pendatang berjubah pedangan juga tidak mesti dipaparkan atau diperdebatkan. Sudah cukup keadaan saat ini, yang mana orang Halong-Mardika asli telah lalai dalam siklus peradaban mereka. Sudah cukup keadaan saat ini, yang mana para pendatang juga telah lalai dengan mendirikan perindustrian, yang menghasilkan limbah di kawasan Halong-Mardika. Mendirikan pertokoan, tempat tinggal yang mungkin saja sanitasinya kurang jelas, karena bagi mereka (kita hanya semetara di sini, dan kalaupun selamanya tinggal di sini, tidak perlulah pusing kepala dengan lingkungan/alam di sini), mendirikan warung makanan, yang semuanya itu mendatangkan sampah yang berlebihan. Inilah penilaian subjektif saya, yang saat ini sementara mencari data valid. Data yang bisa membuat semua mata dan pikiran terkejut lalu tertuju untuk melindungi alam di Halong-Mardika.
Di lain pihak, saya tahu bahwa jagat lingkungan yang bercakap-cakap dengan saya di Halong-Mardika saat ini bukanlah jagat yang saya inginkan. Untuk itu rasa gelisa yang telah ada ini rindu untuk berteriak bahwa, kalau valid datanya Halong-Mardika tercemar, bagaimana kehidupan selanjutnya. Satu hal yang mesti diketahui ialah bahwa, kita boleh lalai selama ini, namun kita tidak mesti terus-menerus terlarut dalam mimpi buruk itu. Para pendatang yang berjubah pedagang boleh-boleh saja mencari nafas di tanah yang entah sudah menjadi miliknya ataukah belum.
Namun mereka mesti sadar bahwa alam di Halong-Mardika telah menuntut untuk segera diperbaiki. Para pendatang yang mencari nafas hidup di Halong-mardika mesti tahu bahwa, kalau mereka bisa bersama-sama dengan orang Halong-Mardika asli memperbaiki alam sebagai tempat tinggal bersama, maka keindahan yang lebih rahasia, lebih manis, dan lebih dahsyat akan hadir di hadapan mereka. Dan ini pula yang harus menjadi kunci bagi orang halong-Mardika asil untuk ada bersama mereka (pendatang berjubah pedagang) dalam hal memperbaikinya.
Sederhana, tetapi memerlukan kesadaran yang terdalam untuk melakukannya. Orang Halong-Mardika asli, seperti yang saya telah katakan di atas memiliki memori sajarah tentang lingkungan mereka dahulu. Memori itu bisa dipakai sebagai nada dasar untuk memecahkan teka-teki keburukan alam Halong-Mardika saat ini. kalau bentuk dinamika alam berdasarkan sejarah di Halong-Mardika itu baik pada awalnya, maka dinamika tersebut mesti menjadi jalan terhadap kondisi saat ini. Untuk itu orang Halong-Mardika yang telah menjadi kecil di tanahnya mesti membuka kembali lautan memori mereka tentang bagaimana caranya menjaga lingkungan agar tetap bersih. Dan orang Halong-Mardika asli mesti mempraktekkannya dalam kehidupan saat ini, dan mesti menjadi contoh konkrit bagi mereka yang datang sebagai pedagang. Dengan kata lain, orang Halong-mardika asli mesti membuka diri terhadap suara hati untuk memulai menjalankan momori sejarahnya, dan orang Halong-Mardika asli sekaligus para pendatang mesti mandiri dalam memelihara alam di sekitar mereka sebagai tempat huni bersama.
Dengan demikian sesuap nasi itu penting bagi para pendatang. Tetapi terlebih pentingnya lagi alam ini mesti dijaga, dirawat dengan sebaik mungkin. Bukan dieksploitasi demi kepentingan kelompok, atau individu. Agar semunya bisa selaras. Kalau para pendatang yang berjubah pedangan ingin menghirup aroma sedap di dalam alam Halong-Mardika, dan selalu ingin menghirupnya sebagai bagian dari nafas maraka, maka mereka mesti tahu cara yang tepat untuk mengatasih limbah yang telah mereka hasilkan dari hasil produksi. Mereka mesti tahu jalur atau saluran yang tepat bagi limbah tersebut, bukan dengan sengaja dilantarkan. Mereka mesti tahu cara yang tepat untuk mengatasih sampah yang mereka datangkan, bukan mengubrak-abrikkannya begitu saja. Mereka mesti tahu cara yang tepat untuk membangun sebuah sanitasi, bukan mengapungkannya di tanah ini.
Namun dari keseluruhan ini, biarlah orang Halong-Mardika asli yang memulainya. Sebab, mereka tahu persis sikap alam di tanahnya. Upaya memulai hanya sebagai embrio bagi segala insan yang ada di tanah Ambon-Maluku (Halong-Mardika).
Catatan :
- Saya mencapai alur gagasan ini berkat paradigma Ralph Waldo Emerson.
- Tulisan ini adalah kelanjutan dari tulisan saya "Menghayati Kembali Pengharapan Halong-Mardika".
- "orang Halong-Mardika asli, dalam pengertin orang-orang yang puluhan, bahkan ribuan tahun telah tinggal di sebuah tempat di kota Ambon-Maluku, yang mana tempat itu di sebut Halong-Mardika", dan saat ini mereka telah menjadi minoritas di situ.
- Pendatang berjubah pedangan adalah orang-orang yang pasca konflik datang ke Ambon-Maluku untuk mencari hidup dan telah tinggal di Halong-Mardika (Mayoritas).
- Lebih baik juga kalau telah membaca tulisan Go Green (semacam karangka acuan kegiatan) dalam catatan-catatan saya.
- Terima kasih untuk Virgino Masahida, Weslly Johannes, Roni Tamaela, Yandri Lawalata, Shuresj Doing, dan kawan-kawan Go Green.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar